Jahe

Zingiber officinale Rosc

HERBAL UNTUK ARTRITIS

Jahe

Zingiber officinale Rosc

Suku : Zingiberaceae

 

a.  Nama daerah

Halia, bahing, sipode, lahia, alia, jae, sipodeh, jahi, lai, jae, alia, lea , melito, leya, marman.

 

b. Bagian yang digunakan

           Rimpang.

 

c. Deskripsi tanaman/simplisia

Batang tegak. Daun kerap kali jelas 2 baris dengan pelepah yang memeluk batang dan lidah diantara batas pelepah dan helaian daun. Bunga zygomorph berkelamin 2. Kelopak berbentuk tabung, dengan ujung bertaju, kerap kali terbelah serupa pelepah. Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang, cabang pendek pipih, bentuk bulat telur terbalik, pada setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke dalam.

Potongan bagian luar berwarna coklat kekuningan, beralur memanjang, kadang ada serat bebas.

 

d. Kandungan kimia

Minyak astiri (bisabolene, cineol, phellandrene, citral, borneol, citronellol, geranial, linalool, limonene, zingiberol, zingiberene, camphene), oleoresin (gingerol, shogaol), fenol (gingerol, zingeron), enzim proteolitik (zingibain), vit B6, vit C, Kalsium, magnesium, fosfor, kalium, asam linoleat, gingerol (gol alkohol pada oleoresin), mengandung minyak astiri 1-3% diantaranya bisabolen, zingiberen dan zingiberol.

 

e. Data keamanan

LD50  6-ginggerol dan 6-shogaol adalah 250-680 mg/kg BB. LD50 ekstrak air pada mencit adalah 33,5 g/kg BB. Pemberian pada wanita hamil tidak menunjukkan efek teratogenik.

 

f. Data manfaat

1. Uji praklinik:

-

  2. Uji klinik:

Sebuah studi pada 113 pasien nyeri rheumatik dan nyeri punggung bawah, diinjeksi dengan 5-10% ekstrak jahe pada titik nyeri, menghilangkan nyeri baik seluruhnya atau parsial, mengurangi pembengkakan sendi dan perbaikan fungsi sendi. Pemberian serbuk jahe per oral pada pasien rheumatism dan gangguan muskuloskeletal dilaporkan dapat mengurangi maupun menghilangkan berbagai tingkat rasa nyeri dan pembengkakan. Mekanisme kerja: menghambat biosintesis prostaglandin melalui inhibisi COX-1 dan COX-2. In vitro juga menghambat proliferasi sel T, produksi IL-1α, aktivitas dan sintesis makrofag.

Lima puluh enam (56) pasien (28 rematoid artritis, 18 osteoartritis dan 10 gangguan muskular) diberi serbuk jahe. Pada pasien artritis > 3/4, berkurang nyeri dan pembengkakannya. Semua pasien gangguan muskular berkurang nyerinya. Tidak ada efek samping pada penggunaan 3 bulan- 2,5 tahun. Diperkirakan mekanismenya berhubungan dengan penghambatan biosintesis prostaglandin dan leukotriene, yaitu dual inhibitor biosintesis eicosanoid.

RCT multisenter terhadap efikasi dan keamanan ekstrak terstandar 2 species jahe, Zingiber officinale dan Alpinia galanga (EV.EXT 77), dilakukan pada 261 pasien osteoarthritis (OA) genu dengan nyeri moderate-berat. Setelah washout, pasien menerima ekstrak jahe atau plasebo 2 x/hari dengan acetaminophen sebagai rescue. Responder adalah yang pengurangan nyeri pada VAS > 15 mm. Hasil dari 247 pasien yang dievaluasi, responder pada kelompok ekstrak jahe yang mengalami pengurangan nyeri genu pada saat berdiri, superior dibanding kontrol (63% vs 50%; P = 0.048). Nilai rerata pengurangan nyeri genu saat berdiri (24.5 mm vs 16.4 mm; P = 0.005), pengurangan nyeri genu saat berjalan 50 feet (15.1 mm vs 8.7 mm; P = 0.016), pengurangan indeks komposit osteoartritis (Western Ontario dan McMaster Universities) 12.9 mm vs 9.0 mm; P = 0.087. Perubahan status global dan pengurangan intake obat rescue > pada ekstrak jahe. Perubahan kualitas hidup sama pada ke-2 kelompok. Pasien yang mendapat ekstrak mengalami efek samping gastrointestinal (GI) ringan > plasebo (59 vs 21 pasien). Disimpulkan bahwa ekstrak jahe terstandar mengurangi gejala OA genu secara moderat dan bermakna.

RCT pada 43 OA (menurut kriteria Altman 1991 dan tingkat 1, 2, dan 3 menurut kriteria Kellgren-Lawrence), diberi ekstrak jahe atau acetaminophen 3 X/hari. Setelah terapi 7 hari, parameter nyeri dan inflamasi tidak berbeda bermakna, kecuali perbaikan nyeri saat naik dan turun tangga, acetaminophen superior (P 0,003). Setelah terapi 14 hari kelompok ekstrak jahe superior dalam memperbaiki parameter inflamasi, kaku sendi (11-3,018), range of motion (ROM) (P 0,002), diameter lutut (P 0,002) dan Lequesne index (160,006). Hanya 1 pasien pada kelompok jahe yang merasa nausea. Tidak ada perbedaan hasil laboratorium antar ke-2 kelompok. Disimpulkan bahwa ekstrak jahe superior untuk memperbaiki inflamasi setelah terapi 14 hari. Tidak ada perbedaan bermakna dalam mengurangi nyeri sendi antar ekstrak jahe dan kelompok acetaminophen. Pada kelompok jahe ditemukan gangguan gastrointestinal ringan.

 

g. Indikasi

Osteoarthritis, rematoid artritis (Grade C).

 

h. Kontraindikasi

Meskipun pada penelitian klinik tidak ditemukan efek teratogenik pada bayi yang dilahirkan, namun sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan, laktasi dan anak < 6 tahun. Batu empedu dan pasien berisiko perdarahan (karena dapat menghambat aktivitas tromboksan)

 

i. Peringatan

Dilaporkan 6 gram serbuk jahe kering menunjukkan peningkatan eksfoliasi sel epithel permukaan lambung yang dapat berakibat ulkus, sebab itu direkomendasikan penggunaan pada perut kosong tidak lebih dari 6 gram.

 

j. Efek Samping

Sedikit nyeri abdomen, rasa tidak enak di ulu hati atau heart burn dan dermatitis kontak.

 

k. Interaksi

Pemberian bersama obat antikoagulan, antiplatelet, trombolitik, secara teori dapat meningkatkan risiko perdarahan. Hasil uji klinik menunjukkan dosis 10 gram meningkatkan risiko perdarahan secara bermakna. Pasien dengan obat antikoagulan dan gangguan perdarahan agar menghindar penggunaan dalam dosis besar.

 

l. Posologi

2 x 1 kapsul (250mg ekstrak)/hari.

 

 

SUMBER : PMK NO. 6 TAHUN 2016 TENTANG FORMULARIUM OBAT HERBAL ASLI INDONESIA